Selasa, 09 November 2010

MENYIKAPI ANAK YANG MERUSAK MAINAN

1. Tanyakan alasan si kecil merusak mainan

Siapa tau, anak tak bertujuan melakukan tindakan agresif. Bisa saja jawaban yang terlontar, “aku cuma mau tau, mengapa ban mobil ini bisa berputar?”. Bila jawaban itu yang dikemukakan oleh anak, maka kegiatan merusak mainan yang dilakukan dapat dikategorikan kegiatan mengeksplorasi. Karenanya jangan langsung dimarahi.


2. Susun kembali mainan yang telah rusak

Bila dimungkinkan, minta anak menyusun kembali mainannya yang telah dirusaknya agar bisa digunakan kembali. Bila anak terlihat tak mampu melakukan, tak ada salahnya orang tua berperan aktif menyusun kembali mainan tersebut. Namun tetap melibatkan anak dengan harapan ia mengetahui tahapan-tahapan yang harus dilakukan saat menyusun.


3. Bila tak bisa diperbaiki lagi

Sampaikan bahwa mainan yang telah rusak, sekarang tak bisa digunakan lagi untuk bermain, atau tampilannya tidak lagi indah seperti semula. Orang tua tak perlu merasa rugi sebab sebenarnya anak sudah mendapat tambahan pengetahuan atau jawaban dari rasa ingin tahunya. Untuk itu, orang tua sebaiknya memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti, mengenai jawaban dan rasa ingin tahu si anak. Hal ini dilakukan setelah terlebih dahulu menanyakan alasan anak membongkar mainan tersebut. Anggap saja mainan “rusak” sebagai bagian dari proses belajar bagi anak untuk mendapatkan berdagai pengalaman.


4. Berikan Konsekuensi

Ajak anak berkomunikasi, tapi bukan berupa nasehat panjang lebar. Bila mainan itu dibanting atau dilempar tapi tidak rusak, sanksinya cukup memintanya mengambil dan mengembalikan ke rak mainan. Bila anak menginginkan kembali mainannya yang telah rusak, sebaiknya jangan langsung diberikan penggantinya melainkan berikan tenggang waktu 3 atau 4 minggu misalnya. Orang tua hendaknya mampu mengendalikan diri untuk bisa bertahan mendengar rengekan anak

(sumber: www.tabloid-nakita.com/luv).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar